KATA PENGANTAR
Puji syukur
senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya berkat limpahan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya tugas makalah Teknologi Produksi Tanaman dapat
terselesaikan tepat pada waktunya tanpa ada suatu rintangan yang berarti.
Sholawat dan salam semoga senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, yang telah membawa
kita dari zaman jahiliyah yang gelap gulita menuju zaman yang terang benderang
melalui perantaraan agama Islam yang haq.
Tulisan ini disusun
sebagai syarat untuk memenuhi tugas Teknologi Produksi Tanaman berupa pembuatan
makalah yang berisi tentang bagaimana perbanyakan tanaman kelapa dengan
kultur jaringan. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami
berharap makalah ini bermanfaat bagi saya sendiri selaku penyusun dan para
pembaca pada umumnya. Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dalam penyusunannnya, Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan pengetahuan
kami. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan yang akan datang.
Malang, October 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................3
1.1
Latar Belakang.............................................................................3
1.2
Tujuan...........................................................................................4
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA......................................................................4
2.1
Teknologi produksi yang digunakan...............................................5
2.2
penanganan pasca
panen.................................................................6
2.3
pemasaran dan analisis
usahatani....................................................7
BAB III.
PEMBAHASAN...............................................................................10
BAB IV.
PENUTUP........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq)
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia di pelopori oleh Adrien Hallet,
berkebangsaan Belgia, yang telah mempunyai pengalaman menanam kelapa sawit di
Afrika. Penanaman kelapa sawit yang pertama di Indonesia dilakukan oleh
beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit seperti pembukaan kebun di Tanah
Itam Ulu oleh Maskapai Oliepalmen Cultuur, di Pulau Raja oleh Maskapai
Huilleries de Sumatra – RCMA, dan di sungai Liput oleh Palmbomen Cultuur Mij.
1.2
TUJUAN
Mengetahui
Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Kultur Jaringan
Mengetahui
Pemasaran Kelapa
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Teknologi yang Digunakan
Kultur jaringan adalah salah satu cara
perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik
perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata
tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara
aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus
cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi
tanaman lengkap.
Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan
tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan
yang dilakukan di tempat steril. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk
membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit
dikembangbiakkan secara generatif.
Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai
beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya,
dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan
tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang
singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih
cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Tahapan
dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
Pembuatan media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan
kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman
yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam
mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan
seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan
juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari
kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung
reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan
dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari
bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan
untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
Sterilisasi
Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam
kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar
flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga
dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara
merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan
juga harus steril.
Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak
calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan
di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang
menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami
ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan
suhu kamar.
Pengakaran
Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan
menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan
yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari
untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya
kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan
gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk
(disebabkan bakteri).
Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan
eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara
hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan
untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit
hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara
luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara
bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang
sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
2.2 Penanganan Pasca Panen
Tanaman
kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah
akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah
kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulitnya. Buah akan berubah
menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada
daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas
dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol.
Proses
pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah
masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan
hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen,
rotasi dan sistem panen serta mutu panen.
Proses
pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan
buah masak, memungut brondolan dan mengangkutnya dari pohon ke tempat
pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen,
rotasi dan sistem panen, serta mutu panen.
Kriteria
matang Panen
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang
dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang
panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak
bebas atau free fatty acid (ALB
atau FFA) minimal. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak
dipakaiadalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman dengan umur
kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan
umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20 butir. Namun, secara
praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS)
terdapat dua brondolan.
Cara
panen
Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen
yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman
yang tingginya 2-5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan
tanaman dengan ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan
alat kampak siam. Cara egrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari
10 m dengan menggunakan alat arit bergagang panjang. Untuk memudahkan
pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu
dan diatur rapi di tengah gawangan.
Persiapan
Panen
Untuk menghadapi masa panen dan agar proses
dapat berjalan dengan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan
dan jalan untuk pengangkutan hasil harus diperbaiki. Para pemanen harus
disiapkan peralatan yang akan digunakan.
2.3 Pemasaran dan Analisi Usahatani Kelapa
2.3.1 Pemasaran
Petani biasanya menjual langsung
kelapa ke pedagang pengumpul di desa kemudian pedagang pengumpul menjual ke
pedagang pengumpul kota. Pedagang pengumpul kota menjual ke pedagang pengecer
kelapa butir kemudian menjual ke konsumen akhir. Selama proses itu, masing-masing
lembaga melakukan fungsi-fungsi pemasaran, misalnya pembelian, penjualan,
sortasi, transportasi, penyimpanan dan lain-lain. Pedagang pengumpul mempunyai
posisi yang kuat dalam pemasaran kelapa. Mereka memiliki modal yang besar dan
mampu menentukan harga pembelian dan harga penjualan dalam batas-batas tertentu
sehingga menghasilkan sejumlah keuntungan yang diinginkan
2.3.2 Analisi Usahatani Kelapa
Persiapan Lahan
Land clearing 1 Ha Rp. 2000.000 Rp. 2000.000
Penanaman
Bibit 500 batang Rp. 2.500 Rp. 1.250.000
Pancang 500 batang Rp.200 Rp. 200.000
Lubang Tanah 500 batang Rp.500 Rp. 100.000
Tanam 500 batang Rp. 500 Rp. 150.000
Pupuk dasar100gr/batang 50 kg Rp. 20.000 Rp.40.000
Penutup Tanah 10 kg Rp.30.000 Rp. 600.000
Upah pemupuk 2 HOK Rp. 60.000 Rp.80.000
Upah penutup tanah 4 HOK Rp. 20.000 Rp.30.000
Pemeliharaan
·
0 Tahun
Pemupukan (Urea, Tsp, Kcl, Mop, Kiesrit,Borat. 186
kg Rp. Rp. 376.000
Dongkel 0 s/d 6 bulan 6 HOK Rp. 100.000 Rp. 600.000
Chemis 1 ltr 45.000 Rp. 45.000
RGW 6 bulan s/d 12 bulan 3 kali Rp. 80.000 240.000
·
Tahun 1
Pemupukan 481 kg Rp. 1.024.500
Sircle/piring 9 ltr 40.000 RP. 40.000
Upah 12 HOK
Upah Pemupukan 12 HOK 20.000 240.000
Menisip 10 pokok Rp. 13.000 Rp. 130.000
Upah Menyisip 1 HOK 80.000 80.000
·
Tahun 2
Pemupukan 886 kg Rp. Rp. 1.946.000
Sircle/piring 6 Ltr Rp. 40.000 360.000
Upah !2 HOK Rp. 20.000 Rp. 20.000
Upah Sircle/piring 12 HOK Rp. 20.000 Rp. 240.000
Menunas 4 HOK Rp. 20.000 Rp.80.000
·
Tahun 3
Pemupukan 697 kg Rp. Rp.1.621.000
Sircle/piring 9 ltr Rp. 40.000 Rp.360.000
Upah 12 HOK Rp. 20.000 Rp. 240.000
Upah Sircle/piring 12 HOK Rp. 20.000 Rp. 240.000
Menunas 4 HOK Rp. 20.000 Rp. 80.000
Jumlah Total Biaya Rp. 13.650.000
Biaya Perbatang Rp. 100.367
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN
3.1 TEKNIK PERBANYAKAN KELAPA DENGAN KULTUR
JARINGAN
Bahan Kultur jaringan
Bahan kultur jaringan menggunakan pohon induk yang dipilih dari
hasil persilangan pohon ibu dan pohon bapak tebaik dari varietas Deli Dura X
Pisifera. Kriteria pemilihan pohon induk yang akan digunakan sebagai sel-sel
pembiakan atau ortet adalah sebagai berikut :
a)
Persilangan terpilih harus berproduksi 7-9 ton
minyak sawit/hektar/tahun dan pohon yang dipilih memiliki potensi produksi 9 –
11 ton minyak/hektar/tahun.
b)
Kandungan asam lemak tidak jenuh di atas 54%
c)
Bebas penyakit tajuk (crown disease).
d) Peninggian pohon
berkisar antara 40 – 55 cm per tahun.
Media
Media untuk tempat menumbuhkan sel – sel pembiak adalah komponen
yang tersusun dari senyawa kimia yang mampu mendukung perkembangan dan
pertumbuhan jaringan. Media tumbuh ini terdiri atas unsur – unsur hara makro,
mikro, protein, vitamin, mineral, dan hormon pada dosis tertentu sehingga
memberikan hasil optimum bagi perkembangan jaringan.
Metode
Seperti telah dikemukakan di atas, perbanyakan bahan tanaman melalui
kultur jaringan dapat menggunakan teknologi Inggris (Unilever) atau teknologi
perancis (CIRAD – CP). Metode pembiakan kultur jaringan yang dilaksanakan oleh
PPKS Medan adalah metode CIRAD – CP yang dilaksanakan melalui lima
tahap kegiatan sebagai berikut.
·
Induksi Kalus
Bahan biakan adalah daun kelapa sawit yang manis muda
(daun ke – 4, ke – 5, ke – 6 atau ke – 7) dan masih aktif. Daun Kelapa sawit
tersebut diiris melintang berukuran 1 cm. Dari satu pohon induk dapat diperoleh
sebanyak 1.200 bahan biakan atau eksplan.
·
Pembentukan Embrio
Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan embrio dari kalus berbeda
- beda, tergantung pada klon yang digunakan.
·
Pembiakan Embrio
Embrio muda dipindahkan
ke media baru untuk pematangan sekaligus perbanyakannnya. Embrio tersebut
dipelihara di dalam ruang pembiakan dengan intensitas cahaya 1.000 gross lux
suhu 270C dan kelembaban udara 50% - 60%. Pematangan embrio
membutuhkan waktu 2 – 4 bulan. Kemampuan pembiakan embrio dari setiap klon
berbeda, tetapi tidak ada hubungannya dengan jenis persilangan. Pada embrio
yang sudah matang (mature) dapat ditumbuhi – pupus, embrio juga didapat
sebagai stock atau koleksi dalam tabung penyimpanan dengan teknik
krioperservasi.
·
Penumbuhan Pupus
Embrio yang terpilih untuk penumbuhan pupus dipindahkan ke dalam
media baru, dikulturkan di dalam ruang pembiakan dengan intensitas cahaya 1.000
gross lux, suhu 300C, dan kelembaban 50 - 60%. Penumbuhan pupus
membutuhkan waktu 2 - 4 bulan.
·
Penumbuhan Akar
Pupus yang tumbuh dalam satu kelompok diseleksi untuk penumbuhan
akar. Pupus yang mempunyai ukuran lebih dari 6 cm disapih dari kelompoknya dan
dimasukkan ke dalam media induksi akar. Pupus yang masih berukuran kecil
dipelihara kembali dalam media penumbuhan pupus.
BAB 1V
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kultur jaringan adalah salah satu cara
perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik
perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata
tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara
aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi
menjadi tanaman lengkap.
Pemasaran
Kelapa Petani biasanya menjual langsung ke pedagang
pengumpul di desa kemudian pedagang pengumpul menjual ke pedagang pengumpul
kota. Pedagang pengumpul kota menjual ke pedagang pengecer kelapa butir
kemudian menjual ke konsumen akhir. Selama proses itu, masing-masing lembaga
melakukan fungsi-fungsi pemasaran, misalnya pembelian, penjualan, sortasi,
transportasi, penyimpanan dan lain-lain. Pedagang pengumpul mempunyai posisi
yang kuat dalam pemasaran kelapa. Mereka memiliki modal yang besar dan mampu
menentukan harga pembelian dan harga penjualan dalam batas-batas tertentu
sehingga menghasilkan sejumlah keuntungan yang diinginkan
DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga,
Anwas. 1975. Ilmu Usaha Tani. Alumni. Bandung.
Fauzi,
Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2004. Kelapa Sawit. Edisi
Revisi. Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran.
Penebar Swadaya. 168p.
Hartley,
C.W.S. 1988. The oil Palm. Third Edition. Produce by Longman Singapore Publishers (Pte) Ltd.
761 p.
Hernanto,
F. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.International Contact
Business System Inc. 1998. Vademecum (Buku Pintar) Kelapa Sawit. Jakarta. 279
p.
Kartasapoetra.
1993. Pengantar Ekonomi Produksi
Pertanian. PT. Bina Aksara, Jakarta.
Moehar,
D.2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar