Laporan Praktikum
Bioteknologi
Tanaman
LARUTAN STOK
Nama : M.Y.Fadly
NIM :
G111 11 029
Kelompok : 1
Asisten : Nursyamsi B
JURUSAN
AGRONOMI
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kultur
jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti
protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan maupun organ , serta menumbuhkannya
dalam keadaan aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri
dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali. Konsep awal dari kultur jarngan adalah diketahuinya kemempuan totipotensi
dari sel tumbuhan. Totipotensi sel (Total Genetic Potential), artinya setiap
sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan
berediferensiasi menjadi tanaman lengkap.
Lingkungan
aseptic sebagai salah satu syarat utama suksesnya kegiatan kultur jaringan
perlu diterapkan dengan sungguh-sungguh. Untuk itu perlu adanya usaha
sterilisasi peralatan yang akan digunakan dalam proses kultur. Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus
dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang
melakukan kultur jaringan juga harus steril. Sterilisasi
pada teknik kultur jarngan meliputi: Sterilisasi lingkungan kerja, sterilisasi
alat dan media dan sterilisasi bahan tanam. Tujuan utama dari sterilisasi ruangan maupun peralatan kultur pada dasarnya
untuk menghindari kontaminasi oleh mikro organisme yang ada di peralatan maupun
di udara bebas sekitar ruangan.
Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya
dengan autoklaf. Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk
sterilisasi media mikrobiologi, peralatan gelas laboratorium, dan dekontaminasi
untuk membunuh bakteri dengan menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi 1210
C selama kurang lebih 15 menit.
Selain itu media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung
kehidupan jaringan yang dibiakkan. Unsur yang berperan
penting dan esensial adalah wadah dan
media tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan
mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan
berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya. Media kultur
tersebut terdiri dari unsur hara makro, mikro, sumber karbon (gula), vitamin
dan asam amino serta zat pengatur tumbuh. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, agar, arang
aktif, bahan organik .Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau
botol-botol kaca Senyawa tersebut mempunyai arti penting untuk
kelangsungan pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan secara invintro (kultur
jaringan). Ada dua penggolongan media tumbuh yaitu media padat dan media cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel,
seperti agar dan nutrisi dicampurkan pada agar. Sedangkan media cair adalah media dengan nutrisi
yang dilarutkan di air. Media cair digunakan untuk tujuan tertentu seperti
pembentukan Protocorm Like Body (PLB) pada anggrek dan jahe. Faktor lain yang
perlu diperhatikan pada media cair atau padat adalah Derajat Keasaman atau pH
dari media kultur. Sel tanaman membutuhkan pH antar 5,5 sampai 5,8 oleh karena
itu media harus diatur pHnya agar sesuai dengan pertumbuhan sel tanaman.
Media kultur in vitro juga memerlukan pertimbangan
tertentu dalam campuran mineral, gula, vitamin dan hormon tumbuh. Sebagai
contoh untuk induksi pertumbuhan sel kalus media Murashige dan Skoog (MS) dapat
ditambahkan hormones auksin 2,4 D untuk induksi tunas dapat ditambahkan hormone
IAA, sedangkan untuk pertumbuhan plantet dapat ditambahkan IAA dan Kinetin pada
media MS lengkap. Semua media MS hasil modifikasi dengan penambahan hormon atau
vitamin tertentu dapat dibuat dalam bentuk cair maupu padat dengan menambahkan
bahan pemadat seperti agar, ekstrak kentang dan ekstrak pisang. Kemudian jika media kultur telah dipastikan siap, maka teknik kultur jaringan
siap dilakukan.
Metode kultur in vitro dalam
bidang pertanian saat ini telah berkembang untuk usaha perbanyakan tanaman,
perbaikan sifat atau seleksi, produksi bahan metabolit, pemeliharaan plasma
nutfah dan transfer gen dalam biologi molekuler. Semua kegiatan tersebut
memerlukan media buatan baik dalam bentuk cair maupun padat dengan memberikan
formulasi kebutuhan nutrisi, protein dan hormon tumbuh dalam perbandingan yang
sesuai. Pada
praktikum ini akan dilakukan teknik kultur organ tanaman.
Bagian atau organ tanaman secara umun terdiri dari akar, batang, daun serta
bagian reproduktif yang berupa bunga, buah atau biji. Bagian-bagian tanaman
tersebut mampu untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap baik secara langsung
maupun tidak langsung. Peristiwa ini terjadi karena tanaman mempunyaicsifat
totipotensi sel, yaitu dalam satu sel mempunyai kemampuan untuk menjadi tanaman
lengkap. Metode kultur jaringan
dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang
sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur
jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang
identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga
tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan
jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin,
kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Macam-macam organ umumnya menunjukan kecepatan pembelahan sel yng berbeda
pula. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis tanaman dalam
kultur in vitro antara lain mencakup genotip sumber bahan tanaman, media dan
ZPT yang digunakan, kondisi lingkungan inkubasi, fisiologi jaringan dari
eksplan secara optimal sehingga diperoleh tanaman lengkap. Kultur organ dengan
bahan eksplan berupa pucuk tanaman yang sehat dan bebas virus mempunyai aspek
praktis sebagai perbanyakan klon yang cepat dan bebas penyakit.
Maka dari itu,
praktikum Pembuatan Larutan Stok perlu dilakukan untuk mengetahui cara
pembuatan media MS dan VW. Selain itu, perlu pengmatan mengenai hasil pembuatan
larutan stok pasca pembuatan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Praktikum ini bertujuan untuk Mengetahi
cara membuat larutan stok
pada kultur jaringan tanaman.
Adapun kegunaan dari praktikum ini
adalah mahasiswa dapat mempraktikkan secara langsung pembuatan larutan stok
dalam hal ini media MS dan VW kemudian dilakukan pengamatan perubaha yang terjadi
pada larutan tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Media kultur
merupakan salah satu faktor penentukeberhasilan perbanyakan tanaman secara
kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang di kulturkan. Adapun jenis media dalam kultur jaringan dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, antara lain :
1.
Media
Murashige and Skoog (1962) dapat digunakan untuk hampir semua jenis kultur, terutama pada herbaceous.
2.
Medium Knop
digunakan untuk menumbuhkan kalus wortel.
3.
Media Vacin
and Went biasa digunakan untuk tanaman anggrek.
4.
Media
Knudson untuk kelapa kopyor dan anggrek.
5.
Media White
(1934) dikembangkan oleh Hildebrant untuk keperluan kultur jaringan tumor
Helianthus, sangat cocok untuk kultur akar tanaman tomat.
6.
Media Nitsch
menggunakan NO3- dan K+ dengan kadar yangcukup tinggi untuk mengkultur jaringan
tanaman artichoke Jerussalem.
7.
Media
Gamborg B5 untuk kultur sel kedelaih.Media Schenk and Hildebrant (1972) cocok
untuk kuljar tanaman monokotil. (Hendrayanto, 2003).
8.
Media Woody
Plant Medium, diperuntukkan khusus untuk
tanaman berkayu dan dikembangkan oleh ahli lai, tetapi sulfat yang digunakan
lebih tinggi dari sulfat dari media WPM. Saat ini WPM banyak digunakan untuk
perbanyakan tanaman hias berperawakan perdu dan pohon-pohon.
9.
Media N6
untuk serelia terutama padi, media ini
mempunyai ciri perbandingan NH4+ dan NO3- yang jauh perbandingannya. Amonium
yang diberikan dalam bentuk (NH4)SO4 hanya sebanyak 363 mg/l, sedangkan KNO3
2830 mg/l. (Anonymous a, 2012).
Adapun komposisi dan fungsi
unsur-unsur dalam media MS (Murashige & Skogg), media MS,
SH dan B5 merupakan media yang kaya garam-garam makro. Berikut penjelasan dari
masing-masing komposisi media tersebut :
a. Hara Makro
Media kultur
harus mengandung sedikitnya 25-60 mm nitrogen anorganik untuk pertumbuhan sel
tanaman. Sel-sel tanaman mungkin dapat tumbuh pada sumber N dari nitrat saja,
tetapi diketahui bahwa pertumbuhan yang lebih baik adalah apabila mengandung
nitrat dan amonium. Apabila nitrat dan amonium sebagai sumber nitrogen
digunakan bersama dalam media maka ion-ion amonium akan digunakan lebih cepat
dibandingkan dengan ion-ion nitrat. Kalium dibutuhkan untuk pertumbuhan
sel bagi sebagian besar spesies tanaman. Konsentrasi yang lebih tinggi dari
hara-hara tersebut mungkin diperlukan jika terjadi defisiensi dari hara yang
lain.
b. Hara mikro
Unsur hara makro yang paling dibutuhkan untuk pertumbuhan sel dan jaringan
tanaman mencangkup besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), boron (B), terusi (Cu)
dan molibdenum (Mo). Besi yang digunakan dalam pembuatan media media harus
dalam bentuk yang ter"chelate". Besi adalah yang paling kritis
diantara semua hara mikro. Besi sitrat dan tartrat dapat digunakan untuk media
kultur, tetapi senyawa ini sulit untuk larut dan biasanya akan terpresipitasi
setelah media dibuat. Masalah ini dipecahkan oleh Murashige dan skoog dengan
meng"chelate" besi dengan menggunakan asam etilen diamintetraasetik
(EDTA).
c. Karbon
dan Sumber Energi
Sumber karbohidrat yang biasanya digunakan dalam media kultur adalah
sukrosa. Glukosa dan fruktosa dalam beberapa hal dapat digunakan sebagai
pengganti sukrosa, dimana glukosa mempunyai efektivitas yang sama dengan
sukrosa dibandingkan dengan fruktosa. Karbohidrat harus tersedia dalam media
kultur karena sangat sedikit sel dari jenis tanaman yang diisolasi dapat
bersifat autotropik, yaitu kemampuan menyediakan karbohidrat sendiri melalui
asimilasi CO2 selama proses fotosintesa. Sukrosa dalam media kultur
secara cepat akan diurai menjadi fruktosa dan glukosa. Glukosa adalah
yang pertama digunakan oleh sel, diikuti oleh fruktosa. Saat media
disterilisasi dengan autoclave, sebagian sukrosa akan mengalami hidrolisa.
Apabila sukrosa yang diautoklave ada bersama komponen media lain maka proses
hidrolisa lebih besar. Kultur dari beberapa spesies tanaman akan tumbuh baik
pada media yang sukrosanya diautoklave dibandingkan dengan media yang
sukrosanya disterilisasi dengan filter. Hal ini dimungkinkan akan menguntungkan
sel-sel karena tresedianya glukosa dan fruktosa.
d. Vitamin
Meskipun vitamin-vitamin tersebut bukan faktor pembatas pertumbuhan, tetapi
sering memberikan keberhasilan dalam kultur sel dan jaringan tanaman. Biasanya
penambahan vitamin-vitamin tersebut ke dalam media dilakukan apabila
konsentrasi thiamin dianggap di bawah taraf yang diinginkan atau apabila jumlah
populasi sel-sel yang tumbuh masih rendah.
e. Asam
amino dan sumber nitrogen lainnya
Sumber nitrogen organik yang paling banyak digunakan dalam media kultur
adalah asam amino campuran (casein hidrolisat), L-glutamin, L-asparagin, dan
adenin. Adenin sulfat juga sering ditambahkan pada media kultur yang fungsinya
dapat menstimulir pertumbuhan sel dan meningkatkan pembentukan tunas.
f. Bahan organik kompleks
Arang aktif (activated charcoal) juga sering digunakan pada media kultur.
Beberapa hasil penelitianmenunjukkan pengaruh yang menguntungkan dan juga dapat
merugikan. Pada kultur beberapa tanaman seperti anggrek, bawang, wortel dan
tomat dapat menstimulir pertumbuhan dan diferensiasi, tetapi pada kultur
tanaman tembakau, kedelai dan teh justru akan menghambat pertumbuhan. Pengaruh
arang aktif umumnya diarahkan dari salah satu tiga hal berikut : penyerapan
senyawa-senyawa penghambat, penyerapan ZPT atau menggelapkan warna media. Arang
aktif dapat menstimulasi pertumbuhan sel umumnya karena kemampuan arang aktif
mengikat senyawa fenol yang bersifat toksik. Konsentrasi arang aktif yang
ditambahkan kedalam media kultur umumnya sebanyak 0,5-3 %.
g. Bahan
Pemadat dan Penyangga Biakan
Media kultur tanaman dapat dibuat padat atau semi padat, yaitu dengan
penambahan bahan pemadat berupa agar.
h. Zat
Pengatur Tumbuh (ZPT)
Terdapat empat klas zat pengatur tumbuh (ZPT) yang penting dalam kultur
jaringan tanaman, yaitu : auksin, sitokinin, giberelin dan asam absisik. Skoog
dan Miller adalah yang pertama melaporkan bahwa perbandingan auksin dan
sitokinin menentukan jenis dan berapa besar proses organogenesis dalam kultur
jaringan tanaman, Auksin dan sitokinin yang ditambahkan kedalam media kultur
mempunyai tujuan untuk mendapatkan morfogenesis, meskipun perbandingannya untuk
mendapatkan induksi akar dan tunas bervariasi baik ditingkat genus, spesies bahkan
kultivar (anonymous b, 2012).
Larutan stok
adalah larutan berisi satu atau lebih komponen media yang konsentrasinya lebih
besar dari konsentrasi komponen tersebut dalam formulasi media akan dibuat. (Hemawan dan Na’em, 2006)
Cara perhitungan kebutuhan media dan larutan stok disajikan pada rumus di bawah ini. dan hasilnya secara lengkap pada tabel di bawah ini. Tabel ini menyajikan macam-macam larutan stok yang sebaiknya ada pada pembuatan media MS, pengelompokan bahan-bahan penyusun larutan stok, perhitungan kebutuhan bahan-bahan untuk pembuatan larutan stok per 10 liter media, ukuran volume wadah untuk tempat larutan stok, perhitungan konsentrasi masing-masing stok, dan banyaknya pengambilan (volume) larutan stok yang diambil untuk keperluan pembuatan media 1 liter. Rumus perhitungan larutan stok yang dibutuhkan, dapat menggunakan rumus (Hemawan dan Na’em, 2006) :
Cara perhitungan kebutuhan media dan larutan stok disajikan pada rumus di bawah ini. dan hasilnya secara lengkap pada tabel di bawah ini. Tabel ini menyajikan macam-macam larutan stok yang sebaiknya ada pada pembuatan media MS, pengelompokan bahan-bahan penyusun larutan stok, perhitungan kebutuhan bahan-bahan untuk pembuatan larutan stok per 10 liter media, ukuran volume wadah untuk tempat larutan stok, perhitungan konsentrasi masing-masing stok, dan banyaknya pengambilan (volume) larutan stok yang diambil untuk keperluan pembuatan media 1 liter. Rumus perhitungan larutan stok yang dibutuhkan, dapat menggunakan rumus (Hemawan dan Na’em, 2006) :
V1 x M1 = V2
x M2
Dimana:
V1 = volume yang akan dibuat
M1 = banyaknya kebutuhan senyawa dalam media MS
V2 = volume larutan stok yang akan diambil
M2 = banyaknya senyawa dalam larutan stok
M1 = banyaknya kebutuhan senyawa dalam media MS
V2 = volume larutan stok yang akan diambil
M2 = banyaknya senyawa dalam larutan stok
BAB
III
BAHAN
DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum
ini dilaksanakan di Laboratorium Biosains Terapan Jurusan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin,
Makassar pada tanggal 18
Oktober 2013, pukul 9.45 – 17.30 WITA.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini diantaranya
aquades, untuk media MS meliputi
komposisi senyawa :
1.
Senyawa
makro KNO3, KH2PO4, CaCl2.2H2O,
MgSO4.7H2O
2.
Senyawa
mikro H3BO3, KI, Na2MoO4.2H2O, CoCl2.6H2O,
MnSO4.4H2O, ZnSO4.4H2O, CuSO4.5H2O
3.
Zat
besi Na2EDTA dan FeSO4.7H2O
4.
Vitamin
Myo-inositol, Glisin, Piridoksin-HCl
Untuk media
VW meliputi komposisi senyawa :
1.
Stok
B KNO3
2.
Stok
C KH2PO4
3.
Stok
D MgSO4.7H2O dan MnSO4.4H2O
4.
Stok
E (Ca2)3PO
Adapun alat-alat yang dipakai diantaranya timbangan, aluminium
foil, hot plate, magnetic stirrer, autoclave, batang pengaduk, tabung
Erlenmeyer, botol stok.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja dari praktikum ini yaitu :
1.
Menyiapkan
alat dan bahan.
2.
Mensterilisasi
aquades dalam botol-botol steril yang ditutup menggunakan aluminium foil,
kemudian dimasukkan ke dalam autoclave.
3.
Menimbang
masing-masing bahan yang akan digunakan sesuai dosis.
4.
Mencampur
masing-masing bahan yang telah ditimbang berdasarkan komposisi stok, senyawa
makro, mikro, vitamin, maupun zat besi dengan aquades pada tabung erlenmeyer.
5.
Memanaskan
dan menghomogenkan larutan menggunakan autoclave dan magnetic sterrer.
6.
Setelah
semua larutan dingin, kemudian dilanjutkan dengan memasukkan larutan tersebut
ke dalam botol stok masing-masing, dan untuk botol zat besi ditutupi ditutupi
dengan aluminium foil agar tidak terkena cahaya secara langsung.
7.
Memasukkan
semua botol berisi larutan ke dalam kulkas.
8.
Mengamati
setiap larutan dalam botol dengan parameter warna dan apakah ada pengendpan
atau tidak.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Hasil pengamatan mengenai perubahan larutan pada masing-masing botol
disajikan pada Tabel 1.
Tabel
1. Hasil pengamatan larutan
stok
No.
|
Jenis Stok
|
Hari setelah Pembuatan
|
Mengendap/Kontaminasi/Berubah Warna
|
1.
|
Makro MS
|
5
|
-
|
2.
|
Makro VW
|
4
|
-
|
3.
|
Vitamin MS
|
8
|
-
|
4.
|
Mikro MS
|
8
|
-
|
5.
|
Stok B VW
|
8
|
Endapan
kristal
|
6.
|
Stok C VW
|
8
|
-
|
7.
|
Stok D VW
|
8
|
-
|
8.
|
Stok E VW
|
8
|
Endapan putih
|
4.2
Pembahasan
Berdasarkan hasil di atas, dapat kita lihat bahwa dala
pembuatan larutan stok untuk kultur jaringan diperlukan teknik khusus salah
satunya dalam pencampuran senyawa-senyawa dan massa dari senyawa-senyawa
tersebut.
Pada pencampuran senyawa-senyawa kimia harus sesuai
atau tepat dosis dengan perhitungan yang dilakukan sebelumnya. Dalam
penyimpanan larutan stok B VW dan E VW di dalam botol terdapat pengendapan,
dikarenakan kepekatan larutan yang salah akibat pencampuran bahan yang kurang
sesuai. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunawan (1988) yang menyatakan bahwa
pengendapan larutan stok umumnya terjadi bila kepekatan larutan terlalu tinggi.
Di
lain sisi, juga diketauhi pada
pencampuran senyawa-senyawa kimia harus sesuai atau
dengan perhitungan yang
dilakukan sebelumnya. Dalam penyimpanan larutan stok B VW dan E VW di dalam
botol terdapat pengendapan, dikarenakan kepekatan larutan yang salah akibat
pencampuran bahan yang kurang sesuai.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum Seed Priming, dapat disimpulkan :
1. Dalam pembuatan larutan stok, senyawa-senyawa
dikelompokkan berdasarkan senyawa makro mikro atau berdasarkan stoknya
masing-masing.
2.
Pada
stok B VW dan D VW terjadi pengendapan akibat kepekatan larutan yang kurang
seuai.
5.1.Saran
Sebaiknya,
dalam praktikum ini digunakan massa atau konsentrasi senyawa yang sesuai agar
tidak terjadi pengendapan pada botol stok.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunawan,
L.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Laboratorium Kultur Jaringan,
PAU Bioteknologi, IPB.
Hendaryono, Sriyanti dan Wijayani, Ari . 1994 . Teknik Kultur Jaringan .
Penerbit Kanisius : Yogyakarta
Rahardja, P. C. 1995. Kultur
Jaringan : Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Penerbit Swadaya,
Jakarta.
Suryowinoto,
M. 1991. Budidaya Jaringan dan Manfaatnya. Fakultas Biologi. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Sriyanti, Daisy P. dan Ari Wijayani.
2002. Teknik Kultur Jaringan : Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman
Secara Vegetatif-Modern. Kanisius, Yogyakarta.
Susilowati,
Ari. Shanti Listyawati. 2001. Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme Sumber
Kontaminasi Kultur In vitro di Sub-Lab. Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS.
Jurnal Biodiversitas Volume 2 No. 1 hlm 110-114.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar