AKTIVATOR angkatan kita

HIMAGRO himpunan kita

AGRONOMI jurusan kita

Rabu, 31 Juli 2013

PERENCANAAN DAN PENGGUNAAN LAHAN


PERENCANAAN DAN PENGGUNAAN LAHAN PADA KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN
Oleh :
M.Y.FADLY
G111 11 029
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

ABSTRAK
Kecamatan Arungkeke terdiri dari 7 Desa/kelurahan dengan luas wilayah 29,91 km. Sebanyak 6 Desa adalah daerah pantai dan 1 Desa/kelurahan merupakan daerah bukan pantai dengan topografi atau ketinggian dari permukaan laut beragam. Kecamatan Arungkeke ber-ibukota Tamanroya yang berjarak 9 km dari ibukota Kabupaten. Kecamatan Arungkeke berbataskan sebelah utara kecamatan Batang, sebelah timur dan selatan laut Flores, dan sebelah barat kecaatan Binamu. Kecamatan Arungkeke merupakan kecamatan yang berada di daerah pesisir terutama untuk desa Palajau, Arungkeke, dan Kampala yang berbataskan dengan laut Flores, sehingga untuk ketiga desa tersebut akan banyak ditemukan daerah perikanan yang berupa luas areal tambak di Kecamatan Arungkeke sekitar 498,68 Ha, dengan 496,18 Ha adalah jenis tambak semi intensif. Produksi perikanan meliputi udang windu sekitar 90,26 ton, dan ikan bandeng sekitar 377,48 ton. Sedangkan budidaya rumput laut hasilnya sekitar 1.792,78 ton.
Kata kunci : Kecamatan Arungkeke



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perencanaan dan pengembangan wilayah merupakan bidang yang mengintegrasikan berbagai cabang ilmu untuk memecahkan masalah-masalah pembangunan serta aspek-aspek proses politik, manajemen dan administrasi perencanaan pembangunan yang berdimensi ruang atau wilayah. Ilmu-ilmu atau kajian-kajian mengenai perencanaan dan pengembangan wilayah secara umum ditunjang oleh empat pilar pokok, yaitu (1) Inventarisasi, klasifikasi, dan evaluasi sumberdaya, (2) Aspek ekonomi, (3) Aspek kelembagaan (instusional), dan (4) Aspek lokasi/spasial.
Pembangunan wilayah bukanlah semata-mata fenomena dalam dimensi lokal dan regional namun juga merupakan bagian tak terpisahkan dari kepentingan pembangunan makro (skala nasional) bahkan global. Kajian perencanaan dan pengembangan wilayah di Indonesia menjadi sangat menarik dan dilirik setelah diberlakukannya Undang-Undang mengenai Otonomi Daerah No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan UU No. 32 tahun 2004.
Kecamatan Arungkeke merupakan kecamatan yang berada di daerah pesisir terutama untuk desa Palajau, Arungkeke, dan Kampala yang berbataskan dengan laut Flores, sehingga untuk ketiga desa tersebut akan banyak ditemukan daerah perikanan yang berupa luas areal tambak di Kecamatan Arungkeke sekitar 498,68 Ha, dengan 496,18 Ha adalah jenis tambak semi intensif. Produksi perikanan meliputi udang windu sekitar 90,26 ton, dan ikan bandeng sekitar 377,48 ton. Sedangkan budidaya rumput laut hasilnya sekitar 1.792,78 ton.
Tujuan Hasil dan Sasaran
Tujuan dilaksanakannya menyusun laporan ini adalah mengetahui mengenai tentang kontur, kelerengan, penggunana lahan, potensi, permasalahan, tipologi pengembangan dan mengkaji kesesuaian lahan dan daya dukung wilayah dalam menentukan kapasitas pengembangan Kawasan Pertanian di Kecamatan Arungkeke. Kemudian melakukan inventarisasi data bagi potensi lahan untuk mengetahui luas lahan penggunaan potensial yang ingin dieksploitasi.
Adapun sasaran adalah tersusunnya Neraca Sumberdaya Penggunan Lahan dan basis data sehingga digambarkan dalam peta wilayah dengan skala 1: 1.000.000 dalam bentuk peta Kecamatan Arungkeke. Serta seluruh stakeholder pembangunan daerah, baik pemerintah, dunia usaha, dan utamanya adalah masyarakat pelaku usaha pertanian bekerjasama membangun tanah kelahirannya.
KEADAAN UMUM WILAYAH
Letak Geografis dan Batas Wilayah
Kecamatan Arungkeke merupakan salah satu dari 11 Kecamatan di Kabupaten Jeneponto yang berbatasan dengan Kecamatan Batang di sebelah utara, Laut Flores di sebelah timur, Kecamatan Binamu di sebelah barat dan Laut Flores di sebelah selatan dengan ibu kota kecamatan di desa Arungkeke. Dari 7 desa dikecamatan Arungkeke, sebanyak 6 desa diantaranya merupakan daerah pantai dan hanya 1 desa lainnya merupakan daerah bukan pantai. Menurut jaraknya, maka letak masing-masing desa ke ibukota Kecamatan dan ibukota Kabupaten sangat bervariasi. Jarak desa ke ibukota Kecamatan maupun ke ibukota Kabupaten berkisar 4-14 km. Untuk jarak terjauh adalah desa Arungkeke Pallantikang yaitu sekitar 17 km dari ibukota Kabupaten (Bontosunggu), sedangkan untuk jarak terdekat adalah Desa Kalumpang Loe.
Kecamatan Arungkeke terdiri dari 7 desa dengan luas wilayah 29,91 km2. Boronglamu memiliki wilayah terluas yaitu 7,23 km2, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Desa Arungkeke Pallantikang yaitu 2,73 km2.



Keadaan Iklim
Hasil pencatatan hari hujan dan curah hujan di Kecamatan Arungkeke menunjukkan jumlah rata-rata hari hujan selama setahun sebanyak 19 hari sedangkan curah hujan sebanyak 2.980 mm.
Pemerintahan
Kegiatan pemerintahan di Kecamatan Arungkeke dilaksanakan oleh sejumlah aparat/pegawai negeri yang berasal dari berbagai dinas/instansi pemerintah yang jumlahnya 76 orang, terdiri atas 60 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Jumlah tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu 69 orang, hal ini disebabkan karena adanya pengangkatan pegawai dan sebagainya.
Tingkat klasifikasi Desa/kelurahan di Kecamatan Arungkeke tahun 2008 terdiri dari 4 desa/kelurahan dengan klasifikasi Swakarya dan 3 desa/kelurahan lainnya tergolong Swasembada. Dengan demikian tidak ada lagi desa/kelurahan yang termasuk Swadaya.
Seluruh desa/kelurahan di kecamatan Arungkeke tergolong desa berkembang. Namun demikian masih ada 5 desa/kelurahan yang termasuk desa tertinggal. Ini berarti program-program yang dicanangkan oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah belum membawa hasil positif bagi masyarakat pedesaan di Kecamatan Arungkeke.
Lembaga dan organisasi tingkat Desa/kelurahan yang terbentuk di Kecamatan Arungkeke dengan sejumlah anggotanya diharapkan dapat menunjang kegiatan pemerintah dan pembangunan. Organisasi LPD, BPD, P2A dan PKK masing-masing terdapat 1 unit pada setiap desa/kelurahan. Sedangkan organisasi keagamaan seperti remaja mesjid sekitar 29 kelompok dan pondok pengajian sekitar 29 kelompok.


Penduduk
Kurun waktu tahun 2007-2008 jumlah penduduk Kecamatan Arungkeke meningkat, pada tabel 3.1 nampak bahwa jumlah penduduk akhir tahun 2007 sekitar 17.628 jiwa dan terakhir pada tahun 2008 sekitar 17.713 jiwa atau meningkat. Berdasarkan jenis kelamin nampak bahwa jumlah penduduk laki-laki sekitar 8.540 jiwa dan perempuan sekitar 8.996 jiwa. Dengan demikian rasio jenis kelamin adalah sekitar 0,95 yang berarti setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat sekitar 95 orang penduduk laki-laki.
Tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Arungkeke pada tahun 2008 sekitar 592 jiwa per km2, sedangkan tahun 2007 sekitar 589 jiwa per km2. Ditinjau menurut desa/kelurahan, maka kepadatan penduduk tertinggi adalah di desa Arungkeke yang merupakan ibukota kecamatan yaitu 1.331 jiwa per km2, menyusul  Desa   Palajau   sekitar   832   jiwa   per   km2,   dan   Desa  Arungkeke
Palantikang sekitar 751 jiwa per km2. Selanjutnya Desa/kelurahan dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah di Desa Boronglamu sekitar 256 jiwa per km2.
Keadaan rumah tangga di Kecamatan Arungkeke yaitu  jumlah rumah tangga pada tahun 2008 adalah 4.181 RT dengan jumlah anggota rumah tangga rata-rata 4 jiwa per rumah tangga.
Mata Pencaharian
Dilihat dari sumber mata pencaharian menunjukkan bahwa dari jumlah penduduk yang bekerja, sebanyak 3.278 orang adalah petani pangan, sedangkan peternak sebanyak 197 orang. Tambak dan Nelayan sebanyak 942 orang. Penduduk yang bekerja di luar sektor pertanian antara lain Perdagangan sebanyak 529 orang, Industri 98 orang, Angkutan 609 orang, dan Jasa hanya 268 orang. Adapun penduduk yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ABRI sebanyak 265 orang.

Pendidikan
Pada Tahun Ajaran 2008/2009 jumlah TK di Kecamatan Arungkeke ada 14 sekolah, memiliki 27 kelas dengan 454 orang murid dan 47 orang guru. Tingkat SD, baik SD Negeri maupun SD Swasta sebanyak 13 sekolah, terdapat 80 kelas dengan 2.389 orang murid dan 105 orang guru. Untuk tingkat SLTP sebanyak 2 sekolah, memiliki 19 kelas dengan 617 orang murid dan 43 orang guru. Sedangkan untuk tingkat SLTA terdapat 1 sekolah dengan 3 kelas, jumlah siswa ada 98 orang dan guru 16 orang. Selain itu terdapat pula sekolah yang berada di bawah naungan Departemen Agama, yaitu 2 sekolah Madrasah Tsanawiah dengan 13 kelas dan 2 sekolah Madrasah Aliyah dengan 12 kelas, jumlah murid seluruhnya 366 orang dan guru 40 orang untuk Tsanawiah dan 363 orang murid dan 43 orang guru untuk Aliyah.
Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan tahun 2008 di Kecamatan Arungkeke tercatat 1 Puskesmas, 2 Pustu, dan 26 Posyandu. Untuk tenaga medis tercatat 1 orang dokter 16 orang paramedis. Sedangkan dukun bayi sebanyak 16 orang.
Rumah tangga Miskin
Jumlah Rumah tangga miskin di Kecamatan Arungkeke tercatat 2.423 rumah tangga atau 58,54 persen, dari total rumah tangga. Menurut Desa nampak rumah tangga miskin terbanyak terdapat di Desa Arungkeke yaitu sebesar 485 Rumah tangga miskin atau 20,02 persen, menyusul Desa Palajau sebesar 430 rumah tangga miskin atau 17,75 persen dari total rumah tangga miskin.
Agama
Ditinjau dari agama yang dianut, maka seluruh penduduk Kecamatan Arungkeke adalah beragama Islam yaitu 17.536 orang atau 100 persen. Jumlah tempat ibadah di Kecamatan Arungkeke cukup memadai karena terdapat 27 buah Mesjid dan 12 Sanggar/Mushallah.
Fasilitas Tempat Tinggal
Ditinjau dari keadaan tempat tinggal penduduk,  sebagian  besar rumah di Kecamatan Arungkeke adalah rumah panggung yaitu 3.688 buah  dan 286 rumah bawah. Menurut jumlah lantainya terbagi atas 3.967 rumah berlantai I dan 7 buah rumah berlantai II. Sedangkan dari segi klasifikasinya terdapat 2.350 rumah permanen, 1.567 semi permanen, dan 57 rumah darurat. Untuk sumber penerangan di Kecamatan Arungkeke, terdapat 2.397 rumah tangga menggunakan listrik PLN atau 57,33 % dari total rumah tangga, selebihnya masih memakai penerangan pelita. Yang harus mendapat perhatian adalah desa Boronglamu dan desa Arungkeke Pallantikang karena hanya 25 % daerahnya tersentuh layanan listrik. Untuk sumber air minum, sebagian besar rumah tangga menggunakan Sumur perigi yaitu sekitar 3.644 rumah tangga atau 87,53 persen.  Untuk sarana komunikasi dan informasi seperti radio, televisi dan telepon rumah telah masuk di seluruh wilayah di kecamatan Arungkeke.
Transportasi
Sarana angkutan di Kecamatan Arungkeke berupa mobil angkutan umum sebanyak 48 unit, dokar/bendi 47 buah, dan becak 9 buah. Jumlah sarana transportasi di kecamatan Arungkeke yaitu sepeda motor 670 buah, sepeda 625 buah, dan mobil 124 buah. Untuk jenis mobil terdapat 6 buah sedan, 35 buah mikrolet, 19 buah truk, 1 buah jeep, 21 buah Pickup, dan 42 kendaraan roda empat lainnya.
POTENSI WILAYAH
Pertanian
Ditinjau dari penggunaan tanah, penggunaan tanah terluas adalah tanah sawah yang terdiri dari 1.256,00 Ha dan tegalan seluas 1.031,10 Ha, menyusul pekarangan seluas 104,75 Ha dan kolam/tambak seluas 360,00 Ha. Untuk jenis tanah sawah terdiri dari tanah sawah berpengairan seluas 1.016,60 Ha, dan sawah tadah hujan/pasang surut seluas 239,00 Ha.
Tanaman pangan yang diusahakan di Kecamatan Arungkeke meliputi padi, jagung, kacang tanah, kacang hijau, dan ubi kayu. Produksi tertinggi adalah pada tanaman padi sawah sebesar 5.788,3 ton dengan rata-rata hasil 46,17 kw/Ha. Menyusul produksi jagung sebesar 6.509,6 ton dengan rata-rata hasil 39,50 kw/Ha, selanjutnya adalah produksi tanaman ubi kayu sekitar 203,4ton dengan hasil per hektar 56,50 kw, produksi tanaman kacang hijau sebesar 7,62 ton dengan rata-rata hasil 63,50 kw per hektar sedangkan produksi Kacang tanah sebesar 6,9 ton dengan rata-rata hasil 23,00 Kw.
Jenis tanaman sayuran yang diusahakan di Kecamatan Arungkeke hanya dua jenis yaitu bawang merah dan cabe, dengan produksi masing-masing sebanyak 73,08 ton untuk bawang merah, dan 120,96 ton untuk cabe. Jenis tanaman buah-buahan yang diusahakan adalah pohon mangga dan pisang tapi tidak terlalu besar produksinya.
Perkebunan
Jenis tanaman perkebunan rakyat yang diusahakan di Kecamatan Arungkeke antara lain kelapa dalam, kelapa hybrida, jambu mente, dan kapok. Produksi tertinggi pada tahun 2008 adalah kelapa dalam sebesar 608,543 ton dengan luas areal 845,50 Ha, tertinggi kedua adalah kelapa hibrida yang tercatat sebanyak 10,578 ton dengan luas areal 17,25 Ha.
Perikanan
Luas areal tambak di Kecamatan Arungkeke sekitar 498,68 Ha, dengan 496,18 Ha adalah jenis tambak semi intensif. Produksi perikanan meliputi udang windu sekitar 90,26 ton, dan ikan bandeng sekitar 377,48 ton. Sedangkan budidaya rumput laut hasilnya sekitar 1.792,78 ton. Hasil ini mengalami peningkatan cukup signifikan yakni sekitar 15,37 % dibandingkan tahun sebelumnya.


Peternakan
Jenis ternak yang diusahakan di Kecamatan Arungkeke tahun 2008 antara lain Sapi, Kerbau, Kuda, Kambing dan Domba. Menurut jenisnya ternak terbesar populasinya adalah kambing sebanyak 6.341 ekor, terbesar kedua kuda sebanyak 1.782 ekor, kerbau sebanyak 361 ekor menyusul sapi sebanyak 1.223 ekor. Sedangkan ternak Unggas adalah Ayam Buras sebanyak 70.872 ekor, Itik sebanyak 15.167 ekor.
 Industri
Usaha industri yang berkembang di Kecamatan Arungkeke adalah industri rumah tangga, terutama penggilingan padi sebanyak 85 unit usaha, industri anyaman sebanyak 50 unit usaha dan industri gula merah sebanyak 57 unit usaha serta industri lainnya sebanyak 96 usaha. Usaha di bidang ini mulai menurun bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Perdagangan
Sarana perdagangan yang terdapat di Kecamatan Arungkeke antara lain pasar umum 2 buah ( Desa Arungkeke dan Bulo-Bulo), toko 4 buah, dan kios 198 buah.

PEMBAHASAN
Kecamatan Arungkeke merupakan kecamatan yang berada di daerah pesisir terutama untuk desa Palajau, Arungkeke, dan Kampala yang berbataskan dengan laut Flores, sehingga untuk ketiga desa tersebut akan banyak ditemukan daerah perikanan yang berupa luas areal tambak di Kecamatan Arungkeke sekitar 498,68 Ha, dengan 496,18 Ha adalah jenis tambak semi intensif. Produksi perikanan meliputi udang windu sekitar 90,26 ton, dan ikan bandeng sekitar 377,48 ton. Sedangkan budidaya rumput laut hasilnya sekitar 1.792,78 ton.
Karena daerah kecamatan Arungkeke umumnya memiliki daerah yang datar maka penggunaan lahan yang umumnya ditemukan adalah persawahan dengan sawah tadah hujan dan sawah lading karena iklim di daerah ini yaitu hasil pencatatan hari hujan dan curah hujan di Kecamatan Arungkeke menunjukkan jumlah rata-rata hari hujan selama setahun sebanyak 19 hari sedangkan curah hujan sebanyak 2.980 mm.
Untuk daerah perkebunanan direncanakan untuk mengadakan perkebunan kelapa karena daerah Jeneponto yang kering dan datar sangat cocok untuk tanaman kelapa, selain itu disarankan juga untuk menanam tanaman buah naga, karena buah naga tidak terlalu butuh banyak air. Hal ini sesuai dengan kondisi iklim Jeneponto yang kering dan sinar matahari bersinar dengan intesitas yang cukup untuk tanaman buah naga.
Selain itu untuk menunjang perekonomian untuk daerah tersebut maka pada desa yang dilalui oleh jalan lokal dan di kota kecamatan dijadikan pusat industri baik industri rumah tangga maupun industri kecil serta menjadi pusat pemasaran sehingga semua hasil pertania yang ada di kecamatan tersebut akan diolah pada daerah industri dan di pasarkan di kota kecamatan. Untuk peternakan, Jeneponto sangat terkenal sebagai kota kuda, maka akan direncanakan untuk tempat peternakan kuda di beberapa desa yaitu di desa Kalimpaloe dan Boronglamu. Dan sisanya dijadikan daerah pemukiman yang layak karena daerah yang umumnya datar maka daerah tersebut cocok untuk daerah pemukiman.

KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan untuk daerah kecamatan Arungkeke adalah Sawah, Perikanan, Peternakan dan Perkebunan. Yang dimana jenis sawah pada umumnya adalah sawah tadah hujan dan sawah ladang karena curah hujan yang sangat rendah. Untuk perkebunan komoditas yang disarankan adalah kelapa dan buah naga serta lontar. Selain itu, sebagai daerah yang terkenal dengan kudanya maka di beberapa desa maka akan dikembangkan peternakan kuda, dan untuk daerah yang transportasinya lancar maka akan dibentuk menjadi daerah pusat industri dimana hasil pertanian akan diolah menjadi produk sekunder yang memiliki nilai tinggi serta menjadi tempat pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Kecamatan Arungkeke. http://jenepontokab.go.id. Diakses pada hari kamis, 9 Juni 2011 di Makassar.
Rustiadi, Ernan, dkk. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Penerbit Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.
Saputra, Arman. 2010. Kecamatan Arungkeke komunitas Atlas. www.bone-geographical.blogspot.com. Diakses pada hari kamis, 9 Juni 2011 di Makassar.

ads

Ditulis Oleh : Unknown Hari: 08.39 Kategori:

Tidak ada komentar: